Traumatic ulcer case report

LAPORAN KASUS
MODUL LESI ORAL
ULKUS TRAUMATIKUS





















Operator:
YULIANTY NURSABIL
NIM 20110340056


Pasien:
Muhammad Ikram


Pembimbing:
Drg. Purnama Jaya, Sp. PM



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017


LAPORAN KASUS MODUL LESI ORAL
ULKUS TRAUMATIKUS

Nama Mahasiswa        : Yulianti Nurzabil
NIM                            : 20110340056
Tempat Kegiatan         : RSGM UMY Bangsal Arofah A11


I.                   DESKRIPSI KASUS
Pemeriksaan subjektif
            Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun datang ke RSGM AMC gusi sebelah kiri atas sariawan. Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu setelah pasien mencabutkan giginya. Pasien merasa bibirnya mulai perih di malam hari, dan saat pagi hari pasien melihat di cermin terdapat sariawan di gusinya yang berwarna putih kekuningan. Pasien mengalami kesulitan untuk makan, terutama saat makan makanan yang pedas dan panas, pasien juga sulit untuk berbicara seperti sedia kala. Pasien tidak mengonsumsi obat apapun untuk mengatasi keadaan tersebut

Pemeriksaan objektif
·         Pemeriksaan ekstra oral
Tidak ada kelainan/keluhan pada jaringan sekitar kepala, leher, TMJ dan jaringan limfonodi pasien.
·         Pemeriksaan intra oral
Setelah dilakukan pemeriksaan intra oral maka didapatkan suatu temuan klinis berupa lesi dengan deskripsi sebagai berikut :
Bentuk             :           Lesi ulserasi
Lokasi             :           gingiva kiri atas regio gigi 24,
Jumlah            :           1
Ukuran            :           sekitar 5 mm
Warna              :           putih kekuningan
Batas               :           jelas (di kelilingi area berwarna merah)
Tekstur            :           -
Konsistensi     :           -

Pemeriksaan penunjang
Operator tidak  melakukan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan biologis)

Dd                     : stomatitis apthous, ulkus traumatikus
Treatment        : Dental Health Education dan pemberian obat topikal Triamcinolone acetonide 0,1%

Penampakan Klinis

II.                PERTANYAAN KRITIS
1.      Apa definisi ulkus traumatikus dan apa yang menyebabkan ulkus terjadi ?
2.      Bagaimana gambaran klinis ulkus traumatikus ?
3.      Bagaimana cara menegakkan diagnosis dan apa saja diagnosis bandingnya ?
4.      Bagaimana penatalaksaannya ?
III.             LANDASAN TEORI
Definisi
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang . Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit . Ulser didefinisikan sebagai putusnya kontinuitas suatu jaringan epitel. Ulkus traumatikus adalah suatu ulser yang disebabkan oleh trauma.
Ulser rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab ulkus traumatikus yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi. Makanan keras dan tajam yang melukai mukosa juga dapat menyebabkan ulkus traumatikus. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh gigi menjadi penyebab yang sering terjadi. Ulser bertambah parah jika hal ini terjadi berulang kali seperti pada saat mukosa teranestesi dan terasa kebas, sehingga tidak terasa mukosa tergigit.
Penyebab lain dari ulkus traumatikus yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan karena thermal dan kimia (thermal and chemical burns). Perlukaan pada mukosa yg diakibatkan oleh thermal yaitu makan makanan atau minum minumam yang terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa terbakar pada rongga mulut (thermal burns), biasanya terjadi pada palatum keras atau bibir. Penyebab lain yang dapat menyebabkan ulser adalah instrumen dental yang panas dan mengenai mukosa oral. Chemical burns terjadi karena aspirin yang seharusnya dikonsumsi (diminum) diletakkan pada vestibulum, dan berkumur dengan larutan yang mengandung astringent. 

Gambaran Klinis Ulkus traumatikus
Ulser traumatikus merupakan ulserasi dengan penyebab yang jelas. Gejala ditandai dengan ketidaknyamanan yang muncul 24 atau 48 jam setelah trauma pada jaringan lunak dalam rongga mulut. Ulserasi yang timbul tergantung dari agen penyebab trauma dan lokasi tergantung dari daerah yang terkena trauma. Gambaran klinis dari ulser traumatikus adalah ovoid, berwarna putih kekuningan dan dikelilingi daerah eritema yang iregular. Ulser biasanya sembuh tanpa berbekas dalam 10-14 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab. Apabila ulser terjadi karena panas atau agen thermal, ulser yang terbentuk biasanya lebih kecil dan terjadi pada palatum durum dan bibir, biasa terjadi pada remaja dan orang tua. Area ulserasi akan terlihat eritema dan terasa empuk kemudian akan terbentuk ulserasi beberapa jam setelah trauma, dibutuhkan waktu beberapa hari agar ulserasi tersebut sembuh tergantung dari keluasan ulser. 

 Diagnosis
        Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa mengenai gejala penyebab lesi dan tanda klinis yang muncul. Apabila pasien dapat menyebutkan penyebab dari ulserasi yang timbul dan ulserasi sembuh tanpa meninggalkan bekas setelah 1-2 minggu, maka tidak ada yang perlu dilakukan terhadap lesi. Namun apabila setelah 2 minggu lesi tidak juga sembuh atau terbentuk supurasi karena infeksi sekunder, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui adanya kemungkinan keganasan pada lesi atau terjadi infeksi jamur pada pasien immunocompromised
Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS sering dikaitkan dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis makanan, drug reaction, defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan merokok, defisiensi vitamin B, kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel disease (IBD) . RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:
1.      Recurrent Apthous Stomatitis minor
     RAS minor cenderung terjadi pada mukosa bergerakyaitu pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning keabuan dengan diameter ± 3-5 mm, tidak ada bentuk vesikel yang terlihat, tepi eritematousyang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Keluhan awal timbulnya ulkus ini yaitu rasa terbakar, diikuti rasa sakit hebat selama beberapa hari. Rekurensi dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan.

2.      Recurrent Apthous Stomatitis mayor
RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari apthous minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul kembali. Bentuk multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik,crateriform, asimetris dan unilateral, pada bagian tengah nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, dan meninggalkan jaringan parut.

3.      Recurrent Apthous Stomatitis herpetiform
RAS herpetiform secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi kelabuberjumlah banyak, bergabung dan batasnya menjadi tidak jelas. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidahdan mukosa labial. RAS herpetiform sembuh dalam waktu 14 hari.

Penatalaksanaan ulkus traumatikus
Penatalaksanaan ulkus traumatikus dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau covering agent seperti orabase selama fase penyembuhan. Semua ulser traumatik harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma.
Menurut Houston,  perawatan lesi ulserasi bermacam-macam tergantung dari ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan penyebabnya. Penatalaksanaan terbaik untuk ulserasi yang berhubungan dengan trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya. Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar dan dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi parah dan dalam. Kebanyakan ulkus traumatikus sembuh tanpa memerlukan terapi antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu:
·         Menghilangkan iritan atau penyebab
·         Menggunakan obat kumur
·         Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak
·         Aplikasi kortikosteroid topikal
·         Aplikasi anestesi topikal
Tabel dibawah ini merupakan pilihan terapi untuk ulkus traumatikus namun terapi yang diberikan tergantung tingkat keparahan dan frekuensi. Yang paling penting dalam terapi ini yaitu untuk menghilangkan ketidaknyamanan, menyembuhkan lesi ulseratif dan mencegah lesi tersebut terjadi lagi 
Pada kasus ini operator memberikan krim oles Triamcinolone Acetonide 0,1 %
Cara pengaplikasian :
1.      Bersihkan lesi dan keringkan dengan kasa steril basah (dengan saline atau aquades) secara perlahan dan searah.
2.      Keluarkan obat dari tube secukupnya
3.      Ambil obat dengan kasa. steril/cutton bud steril, oleskan pada lesi secara tipis, merata dan searah dengan perlahan.
4.      Biarkan selama 30 detik.
5.      Instruksikan agar pasien tidak makan dan minum selama 30-60 menit setelah aplikasi obat.
6.      Penggunaan Triamcinolone Acetonide 0,1% sebanyak 2x sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur


IV.             KESIMPULAN
Pada kasus yang operator temukan, tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang karena etiologi kasus sudah jelas. Penatalaksanaan perawatan yang tepat dilakukan pada pasien  adalah pemberian obat kortikosteroid topikal, yaitu Triamcinolone Acetonide 0,1%, dengan penggunaan obat 2x sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur di malam hari. Operator juga memberikan Dental Health Education agar pasien lebih memperhatikan kondisi gigi dan mulutnya.

V.                DAFTAR PUSTAKA
Birnbaum, W. dan Dunne, S.M., 2010, Diagnosis Kelainan Dalam Mulut Petunjuk bagi Klinisi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Campisi G, Di Liberto C, Carroccio A, Compilato D, Iacono G, Procaccini M, Di Fege G, Lo Muzio L, Craxi A, Catassi C, Scully C. 2008. Coeliac Disease: Oral Ulcer Prevalence, Asssesment of Risk and Association with Gluten-Free Diet in Children. Dig Liver Dis 40(2): 104-107.

Greenberg, M.S., Glick, M., Ship, J.A., 2008, Burket’s Oral Medicine, 11th Edition, BC Decker Inc., Hamilton.

Katsanos KH, Georgiadis A, Drosos AA, Tsianos EV. 2003. Oral Ulcers as First Clinical Manifestation in Chron’s Disease. Annals of Gastroenterology. 16(2): 177-178.

Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E., 2009, Oral and Maxillofacial Pathology, 3rd edition, Elsevier, India.

Regezi, J. dan Sciubba,J., 1993, Oral Pathology: Clinical Pathology Correlations, WB. Saunders, USA


Komentar